Pemenang Lomba Cerpen Tembawang 2025 Diumumkan, Juara dari Sarawak & Kalimantan

 

Lomba Cerpen Tembawang

Sekadau, Kalbar — Lembaga Sastra Dayak bersama Lembaga Literasi Dayak secara resmi telah mengumumkan pemenang Lomba Cerpen Tembawang 2025. Acara yang dibuka Juni–Juli 2025 ini menarik puluhan naskah dari Kalimantan dan Sarawak, membuktikan bahwa tema Tembawang tetap hidup dalam khazanah sastra Dayak.

Juara & Daerah Peserta
Menurut Alexander Mering, Ketua Panitia, setelah melalui seleksi yang ketat dewan juri, Juara 1 diraih oleh Clayton Anak Robert dari Sarawak dengan karya berjudul Pidara. Juara 2 ditempati Maria Fransiska (Sanggau-Sekadau) lewat Doa Akar. Juara 3 jatuh ke tangan Oktavianus Ngumbang dari Sintang dengan cerpen Madang Engkabang Rinda.

Adapun kategori Juara Harapan, yang menyorot karya-karya dengan potensi kuat, dimenangi oleh:

  1. Agustinus Hertanto (Sanggau) — Purnama Redup di Bawah Durian yang Berbunga

  2. Agustina (Pontianak) — Tembawang Terakhir Bukit Marakng

  3. Ricky Setiawan Pabayo (Kubu Raya) — Tembawang Penjaga Langit

Sementara itu, Karya Favorit versi pembaca/juri terbagi kepada lima nama: Benedict Anak Samling (Sarawak), Fadli Rahman (Kota Banjarbaru), Tina Lie (Sanggau), Kristian Malat (Kaltim), dan N. Diana (Bali) dengan karya-karya seperti Gunung Siamang Emas, Telur Emas di Hulu Sungai, serta Tembawang Palagantong.

Hadiah & Rencana Publikasi
Alexander Mering menyebutkan bahwa para pemenang akan menerima hadiah uang tunai, sertifikat dari Lembaga Sastra Dayak, T-shirt tema Tembawang, dan Buku Filsafat Dayak. “Panitia akan menghubungi secara resmi melalui email untuk proses penyerahan hadiah,” ujar Mering.

Selain itu, tutur Mering, semua karya—baik yang menang maupun belum terpilih—akan dikurasi dan diedit untuk diterbitkan dalam Antologi Cerpen Tembawang 2025. “Kami berharap antologi ini menjadi media yang memperluas suara penulis Dayak, tidak hanya sebagai pencatat tradisi, tapi juga sebagai penggerak imajinasi,” tambahnya.

Makna Tema Tembawang
Tema “Tembawang”, menurut Alexander Mering, bukan sekedar hutan adat; ia adalah “ingatan kolektif, napas sejarah, dan sumber spiritual bagi orang Dayak.” Penyelenggaraan lomba ini diharapkan bukan hanya menghasilkan karya, tapi juga menumbuhkan kembali kepedulian terhadap alam, identitas budaya, dan narasi lokal yang sering terlupakan.

Dengan diumumkannya pemenang Lomba Cerpen Tembawang 2025, komunitas sastra Dayak sekali lagi menunjukkan bahwa eksplorasi budaya lewat cerpen mampu menghubungkan masa lalu dengan semangat generasi muda. Para peserta yang belum menang diundang tetap optimis — karya mereka akan tetap hidup dalam antologi nasional mendatang.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url