![]() |
| Gambaran pembangunan di IKN yang terus berlanjut. Foto ilustrasi GAS |
Meski dihantam isu politik dan skeptisisme publik, proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur tetap menunjukkan geliat nyata. Hingga akhir 2025, nilai investasi yang masuk telah menembus Rp225 triliun, melibatkan sejumlah perusahaan besar dari dalam dan luar negeri. Pemerintah menilai capaian ini sebagai bukti konkret bahwa kepercayaan investor terhadap proyek strategis nasional itu masih tinggi.
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, menyatakan
bahwa angka tersebut tidak sekadar janji, melainkan hasil penandatanganan
investasi riil di berbagai sektor — mulai dari energi hijau, transportasi,
hingga kawasan hunian. “Bukan komitmen di atas kertas, tapi sudah masuk tahap
pembangunan,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Bahlil menambahkan, dari total Rp225 triliun tersebut,
sekitar Rp62 triliun berasal dari investasi yang telah mulai direalisasikan
dalam bentuk pembangunan fisik. Sisanya, berada dalam tahap perizinan dan
finalisasi desain proyek. “Kita bisa lihat langsung di lapangan — ada
pembangunan hotel, gedung perkantoran, kawasan energi hijau, dan sistem
transportasi listrik,” katanya.
Investor Tetap Percaya Meski Ada Polemik Politik
Salah satu isu utama yang membayangi proyek IKN adalah
ketidakpastian politik menjelang pergantian pemerintahan 2024–2025. Namun,
Bahlil menegaskan bahwa investor tidak gentar. “Mereka tidak melihat siapa
presidennya, tapi melihat regulasi dan kepastian hukum. Selama itu dijaga,
investasi tetap jalan,” tegasnya.
Pandangan serupa disampaikan oleh Deputi Bidang Pendanaan
dan Investasi Otorita IKN, Agung Wicaksono, yang menyebut bahwa pendekatan
pembangunan IKN berbasis kerja sama jangka panjang. “Pembangunan IKN tidak
bergantung pada siklus politik. Ada roadmap 2045 yang menjadi panduan, dan
investor memahami itu,” jelasnya.
Salah satu bukti konkret adalah keikutsertaan perusahaan
besar seperti PT Adaro Energy Indonesia, Sinar Mas Group, Agung Sedayu Group,
dan sejumlah investor asing dari Jepang serta Uni Emirat Arab. Mereka terlibat
dalam proyek-proyek vital seperti pembangkit energi hijau, sistem air bersih,
hingga infrastruktur transportasi publik berbasis listrik.
Transformasi Menuju Kota Hijau dan Cerdas
Proyek IKN tidak hanya dirancang sebagai pemindahan pusat
pemerintahan, tetapi juga sebagai model baru kota hijau (green city) dan kota
cerdas (smart city) di Asia Tenggara. Menurut data Kementerian PUPR, sekitar 70
persen kawasan IKN akan didedikasikan untuk ruang hijau, dengan sistem energi
dan transportasi berbasis listrik.
“Visinya bukan hanya memindahkan Jakarta ke Kalimantan, tapi
menciptakan kota yang hidup berdampingan dengan alam,” ujar Basuki Hadimuljono,
Menteri PUPR. Ia menambahkan bahwa desain tata kota IKN terinspirasi oleh
filosofi “Nagara Rimba Nusa” — kota di tengah rimba yang selaras dengan
keanekaragaman hayati.
Pemerintah juga telah memulai pembangunan Renewable Energy
Zone di wilayah sekitar Sepaku, yang akan menjadi sumber listrik utama bagi
kawasan inti pemerintahan (KIPP). Energi di zona ini dirancang berbasis tenaga
surya dan biomassa, bekerja sama dengan beberapa perusahaan energi hijau asal
Jepang dan Korea Selatan.
Peran Swasta Kian Dominan
Jika pada tahap awal pembangunan 80 persen pembiayaan
berasal dari APBN, kini proporsinya berbalik. Menurut Bahlil, lebih dari 60
persen pembangunan IKN tahap dua akan dibiayai oleh sektor swasta. “Inilah yang
disebut dengan public-private partnership sejati. Negara memulai, dunia usaha
memperluas,” ucapnya.
Kementerian Investasi mencatat, sektor swasta kini aktif
dalam pembangunan fasilitas pendidikan, kesehatan, hingga perumahan bagi ASN
dan tenaga ahli. Sebagai contoh, Sinar Mas Group telah memulai pembangunan
kawasan hunian ramah lingkungan di area barat KIPP, sementara Adaro Energy
berinvestasi dalam infrastruktur energi bersih senilai Rp15 triliun.
Keterlibatan lembaga keuangan asing juga meningkat. Bank
asal Jepang, Mizuho Financial Group, dan Standard Chartered Bank dari Inggris
dilaporkan tengah mengkaji pembiayaan proyek infrastruktur air bersih senilai
lebih dari Rp5 triliun.
Tantangan Masih Mengintai
Kendati perkembangan investasi tergolong positif, sejumlah
ekonom menilai tantangan besar tetap ada. Faisal Basri, ekonom senior
Universitas Indonesia, menekankan bahwa keberhasilan IKN bukan hanya soal
pembangunan fisik, tetapi kemampuan menciptakan ekosistem sosial-ekonomi yang
berkelanjutan. “Investasi besar tidak menjamin keberlanjutan. Yang penting
adalah siapa yang akan tinggal dan bekerja di sana nanti,” ujarnya.
Selain itu, persoalan aksesibilitas dan logistik masih
menjadi hambatan. Proyek jalan tol dan bandara pendukung IKN memang terus
dikebut, namun penyelesaiannya baru sekitar 60 persen. Beberapa kontraktor juga
mengeluhkan keterlambatan pengiriman material akibat cuaca ekstrem di
Kalimantan Timur.
Otorita IKN mengakui tantangan tersebut. “Memang tidak mudah
membangun kota dari nol di tengah hutan tropis. Tapi progresnya jelas, dan
setiap minggu kami evaluasi,” kata Agung Wicaksono.
Dukungan Pemerintah Tetap Solid
Meski pemerintahan baru akan segera dilantik pada 2025,
Presiden Joko Widodo memastikan bahwa komitmen pembangunan IKN tidak akan
goyah. “IKN adalah simbol pemerataan dan masa depan Indonesia. Siapa pun
presidennya, ini harus jalan terus,” ujar Jokowi dalam kunjungan terakhirnya ke
lokasi proyek di Kalimantan Timur.
Sementara itu, tim transisi pemerintahan baru juga telah
menyatakan dukungan terhadap kelanjutan proyek, meskipun dengan penyesuaian
prioritas dan tata kelola. “Fokusnya akan bergeser dari pembangunan simbolik ke
pembangunan fungsional — bagaimana IKN bisa benar-benar hidup sebagai kota,”
kata salah satu anggota tim transisi.
IKN Sebagai Simbol Optimisme
Lebih dari sekadar proyek fisik, IKN kini menjadi simbol
optimisme baru dalam sejarah pembangunan Indonesia modern. Kota ini diharapkan
menjadi pusat inovasi dan keberlanjutan di kawasan ASEAN, serta menjadi etalase
bagaimana Indonesia mengelola alam tropis dengan teknologi hijau.
Pakar tata kota dari ITB, Dr. Nirwono Joga, menyebut bahwa
IKN adalah laboratorium masa depan. “Kalau berhasil, IKN akan menjadi contoh kota
tropis modern yang berkelanjutan, dan bisa mengubah wajah pembangunan Indonesia
selamanya,” katanya.
Di tengah keraguan sebagian pihak, data investasi Rp225
triliun menjadi jawaban paling konkret: proyek IKN tidak berhenti, justru
melaju. Di tanah rimba Kalimantan, Indonesia sedang menulis bab baru — tentang
keberanian membangun kota dari akar harapan.



